Selasa, 10 Mei 2016

oleholeh buat ayah



Cerpen : Solomon Enesy
Oleh Oleh Buat Ayah

Empat anak bambu  sepanjang 1 meter bersama akar akarnya ku jaga sedemikian rupa, kemasannya pun tidak ku beri peluang untuk lecet, saat ini, empat anak pohon bambu itu adalah barang yang paling berharga bagi saya,.” Maklum” pesanan Ayah dari tanah Angkola, yang disebut juga Mandailing julu. Saya menjaganya hampir serupa dengan surat pertama saya yang baru dibalas dari gadis impian saya, ku simpan di antara lipatan lipatan kain saya agar tetap rapi seperti baru ku terima dari gadis tersebut. 

Pembalutnya saja tiga lapis karung, baleho dan lagban yang tebal, agar sampai di Mandailing julu tetap seperti yang baru saya ambil dari rumpunnya dan siap untuk di tanam dan tumbuh dengan baik. “ ya” Untuk Ayah. Saya kenal ayah dalam menanam pohon apa pun, selalu teliti dalam memilih bibit dan indukan, konon katanya bambu melayu sangat mudah di atur dan kokoh meski ukurannya lebih kecil dari bambu di desa saya, hampir sekokoh bambu cina yang terkenal ke penjuru bumi kekokohannya. Mungkin inilah yang membuat ayah sangat menginginkan bambu melayu, untuk di jadikan pagar ladang kecilnya di lahan yang baru beliau tanami dengan kakau. Tempatnya sengaja kusiapkan dengan rapi  dalam mobil avanza putih yang baru ku lunasi, agar tetap segar hingga kubangan.
Sebagai suku mandailng

Pelajaran pertama dalam suku mandailing adalah, TUTUR SAPA, dalam system Dalihan Natolu setiap anak dari suku mandailing telah di lengketkan secara permanen Program TUTUR ( panggilan tertentu kepada orang tertentu)., Tulang, amangboru, Ujing , Tobang dan lain lain, . betapa halusnya cara kerja program ini sehingga untuk panggilan pun ada aturannya apalagi PANGALAHO ( secara bahasa : cara berjalan, secara Istilah : bersikap, bertingkah dan mengambil keputusan ). Cara berjalan saja kita ada aturannya, bagaiman berjalan di hadapan Hamoraon,(sesepuh) Harajaon ( darah biru )dll,. Dan itulah yang ditularkan orang tua saya kepada saya sehingga saya bisa melewati masa masa sulit di Pulau Natuna dan menjadi Orang pertama yang bermarga yang memiliki beberpa kaplingan sawit dan dua buah ruko strategis di jalan protocol. Alhamdulillh semoga bertambah lagi. Pesan, BISUK ( kecerdasan emosional ) lebih banyak menghantar orang kepada kesuksesan di bandingkan kecerdasan Intelektual. “ Bisuk “ bagi suku mandailing adalah mata uang yang berlaku selain kejujuran,. Bisuk di rantau orang berarti kita bisa selamat dan sukses.
Setiap orang tua dari Parmargaon,  saya sangat yakin tidak pernah ketinggalan untuk menginstal program ini menjadi permanen  satu file tertentu kepada otak anak anak mandailing. Tak ketinggalan Ayah, selalu mengajarkan Pekerti luar biasa milik mandailing, pribahasa penerang hati lengkap dalam peradatan Mandailing.  Selain hal hal luar biasa itu, menjungjung tinggi cita cita anak, harga mati untuk diperjuangkan, PANDERES( pemotong karet ), PANGOMO OMO ( buruh kasar), PARRENGGE RENGGE( pedagang pasar pagi yang  dagangannya dihampar di atas terpal). Semua propesi termasuk pegawai pemerintah , punya semangat yang sama untuk memperjuangkan anaknya dan membekalinya dengan ilmu, walaupun marutang utang ( menghutang duit) luar biasa

Ayah, adalah panders propesional, yang telah digelutinya puluhan tahun lalu, namun untuk propesi ini tidak pernah naik golongan apalagi mendapat inventaris , ha ha ha …..   ngayal kali penulis  ya,. Keringat yang ayah cucurkan mungkin seimbang dengan getah yang beliau hasilkan dari deresannya,  ALLOHU AKBAR.,, saya masih ingat jelas, ketika  setiap ayah istirahat tengah hari, baju Amanta( ayahanda) itu basah kuyup layaknya diguyur hujan deras selama beberapa jam, jika kita peras airnya 0,5 kg tidak kemana, belum lagi yang bercucuran saat melalui tiap pokok pohon, air mata penulis mulai menetes saat membayangkan perjuangan Orangtua yang berpantang lelah itu.

Kepulangan, empat tahun direncanakan jauh lebih matang dari rencana enam bulan, pasti. Empat tahun lalu sudah sangat layak saya untuk pulang setelah delapan tahun tidak pernah menginjak kaki di kampung halaman, hukum Bangau terbangpun berlaku. Namun ego atau terlalu mencintai rumah saya jawabannya saya rahasiakan pembaca, yang jelas….! saya tunda hingga yang ke 12 tahun saya di Natuna baru niat pulang dan berlebaran di kampung  sepenuhnya dalam hati, artinya tanpa beban yang berarti.
Segala perlengkapan, oleh oleh buat sanak family tidak dilupakan, apalagi untuk ayah dan ibu. Namun lain halnya dengan ibu, “ pulang saja kamu sudah sangat bersukur  anak ku” kata ibu saat menghubunginya lewat telpon . Hatiku teriris saat itu menambah rindunya rumah kecil milik keluarga besar ku, “ saya kerja keras seperti ini salah satu alasannya adalah kedua orangtuaku, di tanah Natuna berjuang habis habisan pada dasarnya untuk ibu dan ayah, namun terasa ada kebohongan dalam diriku sendiri, 12tahun baru saya mersa pas  untuk melihat sosok yang menjadi alasan itu, sosok yang berpantang lelah itu, sosok yang semakin keriput itu,. Betapa zalimnya aku, betapa tidak mengingat saat ibuku memberisepotong goreng pisang yang hanya sanggup di beli ibu untuk sarapan MAMURO( mengusir burung di sawah saat menjelang panen),  Apakah ibu menginginkan goreng pisang semata wayang ini ?“ ibu tidak ingin nak “ jawaban yang baru ku mengerti saat ini. Saat aku mengambil uang ibu,  untuk meneraktir cewek baru ku, ibu kucar kacir mencari PARSALIAN( orang yang memberikan beras untuk di masak dan kita ganti dengan beras lagi), duit yang tersisa hanya untuk beli beras makan sore dan besok pagi. Tapi tak pernah membenciku secara berlebihan, tetap mencintaiku dan menyayangiku apa pun keadaanku., ALLOHU AKBAR,. Terimakasih ibu.

Empat tahun lalu Kaplingan sawitku belum panen, ku tunda kepulangan itu, tahun berikutnya rumah ku belum lunas, kembali ku tunda, dan tahun berikutnya , ruko belum lunas, ku ulangi lagi untuk menunda dan menahan rindu itu, tahun ini, Avanza putih ku lunasi dua bulan menjelang lebaran dan siap turun kembali ke kubangan. Membawa symbol mapan dan selamat, Avanza putih itulah menurut saya symbol keberhasilan selama 12 tahun di Tanah Natuna, bangga yang teramat sangat pulang dengan avanza, mobil sendiri dan bawa supir sendiri” ayah dan ibu ku pasti senang melihat kepulangan saya ini” bisikku dalam hati.
Gdebug…gdebug…..  suara jantungku semakin keras tikungan terahir menjelang kampung mungil hijau nan  ramah yang kumimpikan selama 12 tahun trakhir, kampung yang punya cerita 1000 bait tentang anak panderes yang sudah mapan di pulau se jauh Borneo itu, ku pastikan lagi, apa hadiah untuk amanta itu masih ada sambil menatap ke belakang tempat buah tangan itu ku letak agar tetap segar, dan membuka sedikit kaca mobil bagian pintu belakang untuk penyegaran udara khusus untuk hadiah  ayah itu.
Perempuan keriput itu terus mencoba untuk berdiri dari tempat yang selalu ia habiskan hari harinya empat tahun terakhir, namun kuasa punya Allah, tempat duduk sehari- hari sekaligus peraduannya tak dapat membantu, matanya menatap kosong seperti pandangan kaku, terbuka lebar namun tak terlihat sesuatu dalam pandangan  itu. Avanza putih yang baru kulunasi terlihat baginya hanya segumpalan asap hitam, pun juga aku, anak anak ku, istriku yang cantik sama saja baginya hitam dan gelap. Wanita tua yang dari tadi berusaha berdiri, mengulanginya lagi untuk yang ke empat kalinya,  untuk berdiri lagi seperti bayi yang baru belajar berjalan, tetap juga gagal. Kurangkul sekuat tenaga ku peluk, ku ciumi seiring tangis haru yang tak bisa untuk kusembunyi dari deru haru yang sangat dalam, tangannya terus meraba wajah ku yang lebih gemuk dari 12 tahun lalu, air matanya bercucuran, serupa dengan melepasku 12 tahun lalu,. Dirabanya lagi wajahku, di ciumnya lagi dengan pegangan lemah, tapi cukup kuat untuk wanita yang sakit dan lumpuh empat tahun,.
Meskipun ibu tidak meminta oleh-oleh atau hadiah dariku, namun saya tau persis kalau sholat ibu susah kita dapati untuk bolong satu waktu pun, mukenah 12 tahun lalu yang sering kulihat dipakai ibu saat melaksanakan shalat, mukenah yang tai lalatnya sudah penuh di penutup kepala, 12 lebih tambalan kain jahitan tangan, dari cerita ibu, mukenah itu adalah mukenah yang di berikan ayah yang kedua setelah mereka menikah, masya Allah. Bukan Ayahmu tidak mau beli yang baru, namun keadaan menjawab semua. kalau mukenah yang ini masih bisa di pakai untuk sholat, imbuh ibu saat bercerita saat itu.
Segera ku ambil koper dan ku keluarkan oleh oleh buat ibu, mukenah paling bagus di Toko perbelanjaan Natuna, di rancang perancang terkenal dari ibu kota, ku buka kemasannya, kuserahkan pada ibu dengan hati yang bahagia masih bisa memberikan hadiah pada ibu. “ bagus sekali kainnya kata beliau”, walaupun hanya bisa meraba. Selang beberapa detik kemudian setelah ucapan terima kasih dari ibu, Guntur itu pun menerjang sekuat kuatnya, hujan deras sederas derasnya, tidak terdengar dan tidak membasahi, terasa hanya dalam dada, dada yang paling dalam. Darah yang keluar dari mulut ibu langsung saya tampih dengan mukenah perncang terkenal itu, hampir setengah liter, batuk lagi, muntah lagi beberpa kali. Hingga malam menjelang keadaan semakin negative, panggil dokter untuk segera menangani.
Suara Takbir sudah mulai terdengar dari pengeras suara mesjid, sampai ke rumah ku, takbir itu kami tambah dengan sahadat yang di bisikkan ke telinga ibu, ASHADU ALLA ILAHA ILLALLOH WA ASHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLOH  
Ibu……..  suara tangisan itu semakin jauh dalam isakan, jauh ke tempat yang paling sepi di dunia ini, entah ufuk apa namanya, namun itulah tempat paling sepi di dunia ini. Aku, ayahku, seluruh sanak family semuanya ikut ke tempat dan ufuk yang belum punya nama itu, sepi.., sepi.
Tak pernah terlintas, terpikir kalau malam lebaran itu adalah hari terkhir melihat  Ibunda tercinta, kalau Ibu  akan pergi untuk selama lamanya ke Khadirat Ilahi, terkubur bersama gulai ubi tumbuk cabe hijau cina  yang terbaik di jagad ini, masakannya yang selalu ku rindui hingga saat saya menulis cerita pendek ini,. Ibu adalah sandaran jiwaku saat situasi apa pun, kondisi bagaimanapun, berpantang untuk lelah demi anak anaknya, . jari kasar akibat tuntutan hidup, akibat parang dan cangkul, tapi tak ada sedamai sentuhannya di saat menggaruki ubun ubun ku sambil mendengdangkan lagu serak PITULO BERTALI TALI  pengantar tidur, tetap lagu paling cepat hayal ku hilang di peraduan, memimpikan hari esok yang indah penuh bintang gemintang.Selamat jalan ibu.
            Sesosok Ayah yang kuat dan penuh tanggung jawab berdiri tegar di sampingku mengamati  setiap detik pertumbuhanku, setiap waktu perkembanganku , matanya tak pernah lelah , bahunya tak  pernah pegal, Siaga Ala serdadu zaman perang, pria tua itulah yang kini telah membuat ku jadi Dewasa yang kuat, pribadi yang tangguh setara dengan karang samudra.Setelah hari duka itu hingga saya pulang kembali ke garis lintang borneo, ayah tidak banyak berkata kata seperti biasanya, terpukul yang sedalam dalamnya atas peninggalan wanita yang telah menemani hidupnya puluhan tahun,  “ TANAM BAMBU ITU, AYAH SUDAH MENANAMNYA SAAT HARI PESTA PERNIKAHANMU, KAMU MENCABUTNYA, TANAM KEMBALI ANAKKU” pesan ayah.

Selasa, 03 Mei 2016

My Viilage

Aek badak "TANAH KELAHIRANKU"

Secara bahasa sangat sederhana, TANAH  Kelahiranku berarti tempat lahir. Namun secara istilah; jelas dong antara hidup dan mati seorang Ibu beserta anak dlm rahimnya. Tumpah darah, dan apapun yg berkaitan dengan DARAH adalah perjuangan Maha Dahsyat. Nah..... di Tanah Aek Badak Nauli ini lah ibu ibu yg luar biasa bertarung nyawa, tenaga dan waktu .
wah.... wah.... jika bukan cinta tulus kita tak kan menatap bintang indah di langit. Pendarahan hanya dengan Bulung ni hulim, obat perih cukup dengan burangir.
Dan kita hanya di strillkan dengan salim batuk dan unik bau. Secara medis sangat, sangat dibawah standard. Namun..... kekuatan dekapan ibu!!! Kita masih punya kesempatan tuk melihat pajar dan tenggelamny matahari di ufuk barat.
Mengajarkan kita beda pahit dan pedas tanpa melupakan rasa manis.
Tanpa pernah ditagih ongkos bayar se takar dahanon pun. Dan sudah merasa hebat jika lebaran mengirimnya beberapa potong baju.inikah balasan darah yg tertumpah puluhan tahun lalu, rasa perih bertarung nyawa, air susu .
sepadan sudah kah????????
Ibu.... ibu aek badak luar biasa menyusui anakny
Apalah gizinya rabar rindang?. Siolot, jambu orsik, dan jambu erang. Daging saat malm lebaran doang, ayam mlm ramadan. Ikan selasa pagi. Di luar hari2 itu ikan asin dan ompap, gule dan bolgang sesekali. Asupan2 ini adalah kiromah yg luar biasa membawa kita tumbuh kembang dan dewasa.
Sentuhan ibu selentik jari paling lembut di dunia.
Pada akhirnya ibu hanya bahagia jika anaknya bahagia. I
Rob.... pimpinlah putra putriku di jalan yg penuh tantangan dan godaan
Bukan jalan yg lunak dan mulus
Supaya menjadi manusia yg kuat dan berhati tulus
Rob.... berilah hamba putra putri yg mengenal dirinya karna dengan mengenal dirinya adalh landasan segala ilmu pengetahuan.
Rob... jadikanlh putra putri ku orang yang mampu meminpin dirinya sendiri sebelum punya kesempatan memimpib orang lain.
Berilah dia KEKUATAN dan KELEMAH LEMBUTAN agar mampu membela yg lemah dan menyayangi yg tidak berdaya.
Rob..... berilah dia sedikit kejenakaan agar dalam keseriusan dia masih dapat tersenyum. Dan jika semua telah terwujud hamba IBUny dengan berani berkata " Hidupku tidaklah Sia sia".
Sederhana permintaan ibu.
PANTASLAH AKU SUJUD DI KAKIMU Terima kasih Ibu....
Solomon Enesy
Dahsyat dan LUAR BIASA.